Bangkapos.com - Rabu, 30 Januari 2013 21:49 WIB

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Suka tidak suka, keputusan Mahkamah Konstitusi (RI) yang mengabulkan Judicial Review Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (3) terhadap pasal 31 UUD 1945 tentang dasar hukum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) bersifat final dan harus dihormati bersama.
Hingga saat inipun seluruh pemangku pendidikan secara nasional masih harus menanti tindak lanjut dari Kementrian Pendidikan Nasional terkait putusan itu. Yang terpenting justru bagaimana sekolah-sekolah yang sudah RSBI ataupun yang bukan bersepakat apapun bentuknya semangat pendidikan harus sampai pada mencerdaskan generasi didik secara maksimal dan menguatkan jati diri bangsa.
Dalam rilis yang diterima bangkapos.com, Rabu (30/1/2013), Kepala Dinas Pendidikan Pangkalpinang, Edison Taher hadir dalam Bujang Begagil di Tenda Orange Sungailiat, Jumat (25/1/2013).
Produksi keempat Bujang Begagil ini sendiri mengangkat tema 'RSBI, Terobosan Ape Produk Manajemen Pendidikan Salah Kaprah Ge?'.
"Intinya, RSBI boleh bubar tetapi kualitas sekolah harus selalu kita perjuangkan biar selalu cetar," katanya malam itu.
Imam Fadhilah, yang juga hadir sebagai narasumber malam itupun ikut mengkritisi.
"Memang ada beberapa hal penting yang sepatutnya ditelusuri pemerintah secara lebih mendalam dan bersifat holistik terkait menjalankan program serupa, seperti RSBI maupun SBI kedepan," tuturnya.
Kepala Sekolah SMA Setiabudi ini menambahkan, kasus ini kembali mengingatkan bahwa pendidikan di negeri ini jangan lagi didekati secara parsial karena persoalannya bukan hanya karena status sekolah melainkan benih apa yang sedang ditanam ke pikiran anak didik yang menjadi generasi penerus dan perubah bagi kondisi bangsa ini.
Senada dengan ini, akademisi dan pengamat pendidikan, Asyraf Suryadin, mengatakan sekaligus memberi masukan bahwa beberapa gejala awal yang muncul menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk dievaluasi sehubungan soal budaya dan pendekatan dalam mengelola kebijakan pendidikan kita agar selalu menjauh dari jebakan nalar liberalisme pendidikan. RSBI maupun SBI sendiri sebenarnya bukan program kosong.
Tetapi yang ditangkap publik kebijakan ini lagi-lagi seperti serta merta, lalu seolah terputus dengan sensitifitas untuk membangun bangsa ini dan kondisi sosial kita.
"Kitapun hanya cenderung memikirkan segelintir hal yang positif sedang hal yang negatifnya terabaikan. Parahnya, kita sendiri kerap lalai untuk membendungnya," jelasnya.
Seperti sebelumnya, malam itu Bujang Begagil berhasil memperoleh lima orang tua asuh untuk lima orang siswa (Madrasah Ibtidaiyah Negeri Parit Padang Sungailiat) dalam program Tali Asuh, gerakan Rp 50 ribu per/bulan. Minggu lalu, dari acara saja telah mengumpulkan 10 orang siswa asuh dari program ini.
Seusai acara, Fauzan Azima, selaku Direktur Bangka Belitung Kreatif dan Host utama, didampingi Suzali (Direktur Program Bujang Begagil) dan Zalfika Amya (Produser) mengatakan program edutainment alternatif bagi publik Bangka Belitung ini Insya Allah akan terus berlangsung secara berkala setiap Jumat malam dan disiarkan secara live dari Programa 1 RRI Sungailiat.
Seperti produksi kali ini, kedepan diharapkan isu-isu aktual baik di tingkat lokal maupun nasional akan terus disuguhkan secara khas kepada publik lokal. Termasuk, menjadi media sosialisasi yang efektif bagi kebijakan pemerintah. Yang pasti, taste-nye berbeda karena berbasis budaya sosial daerah ini.
Penulis : rusaidah
Editor : asmadi
Sumber : bangkapos.com