Sungailiat – Sabtu malam tanggal 15 Juni 2013, bertempat di Tenda Orange Jalan Pemuda Sungailiat, tampak dihadiri oleh beberapa tamu undangan dan masyarakat yang hendak menikmati malam mingguan.
Dan di hari itu juga bertepatan dengan sebuah acara dialog terbuka dari RRI Sungailiat dalam acara Bujang Begagil, yang turut menampilkan nara sumber yang sudah cukup dikenal di jajaran pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. K. A Tajuddin, dan juga nara sumber dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia Abdul Rokib yang menjabat sebagai Manager Station & Service.
Kehadiran Kepala Dinas Kominfo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di tenda orange, terkait isu yang akhir-akhir ini sedang hangat di masyarakat, dimana isu tersebut cukup menyita perhatian secara nasional, yaitu kasus pemukulan pramugari suatu maskapai penerbangan, yang dilakukan oleh Kepala BKPMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam dialog terbuka tersebut, Kepala Dinas Kominfo Tajuddin sangat menyayangkan sekali atas insiden tersebut yang menyeret nama institusi pemerintahan, dimana seharusnya hal tersebut tidak seharusnya dikaitkan dengan jabatan seseorang dan institusi pemerintahan.
“Kejadian kemarin patut kita sesalkan, insiden yang terjadi tersebut adalah masalah personal. Tapi masyarakat sudah menjustifikasi mengenai jabatannya,” ujar Tajuddin menanggapi perihal insiden pemukulan terhadap pramugari tersebut.
“Kita menyesalkan yang diekspos adalah jabatan publik, sehingga pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merasa perlu untuk mengklarifikasi hal tersebut. Karakter seseorang tidak identik dengan kedudukan seseorang. Perihal tidak mematikan Hp atau tidak disiplin bisa terjadi kepada siapa saja,” lanjut Tajuddin menjelaskan.
Tajuddin pun berharap, kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat, bahwa kedisplinan sangat diperlukan, dan menjadi instropeksi diri. Selalu ada yang namanya etika dalam menyampaikan sesuatu, dimana apabila penumpang tidak merasa nyaman dengan perlakuan cabin crew pun, ada tata caranya. Begitupun dengan tata cara cabin crew terhadap penumpang dalam menegur. Yang pasti diharapkan, hal seperti ini tidak perlu terjadi kembali untuk kedepannya.
Dalam kesempatan tersebut, Manager Station & Service Garuda Indonesia Abdul Rokib, juga prihatin mengenai kasus tersebut, dimana sosialisasi atas penggunaan telepon genggam dalam pesawat sudah sering dilakukan, tapi masih saja banyak diacuhkan oleh para penumpang, padahal hal tersebut demi kebaikan bersama.
“Turut prihatin, karena salah satu hal yang dapat merusak navigasi penerbangan adalah dari frekuensi handphone, dan memang kami berharap semua penumpang paham akan bahaya mengenai handphone yang masih menyala.” Jawab Abdul menanggapi kasus tersebut. (K5/STEVANI/TMC)
Dan di hari itu juga bertepatan dengan sebuah acara dialog terbuka dari RRI Sungailiat dalam acara Bujang Begagil, yang turut menampilkan nara sumber yang sudah cukup dikenal di jajaran pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. K. A Tajuddin, dan juga nara sumber dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia Abdul Rokib yang menjabat sebagai Manager Station & Service.

Dalam dialog terbuka tersebut, Kepala Dinas Kominfo Tajuddin sangat menyayangkan sekali atas insiden tersebut yang menyeret nama institusi pemerintahan, dimana seharusnya hal tersebut tidak seharusnya dikaitkan dengan jabatan seseorang dan institusi pemerintahan.
“Kejadian kemarin patut kita sesalkan, insiden yang terjadi tersebut adalah masalah personal. Tapi masyarakat sudah menjustifikasi mengenai jabatannya,” ujar Tajuddin menanggapi perihal insiden pemukulan terhadap pramugari tersebut.
“Kita menyesalkan yang diekspos adalah jabatan publik, sehingga pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merasa perlu untuk mengklarifikasi hal tersebut. Karakter seseorang tidak identik dengan kedudukan seseorang. Perihal tidak mematikan Hp atau tidak disiplin bisa terjadi kepada siapa saja,” lanjut Tajuddin menjelaskan.
Tajuddin pun berharap, kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat, bahwa kedisplinan sangat diperlukan, dan menjadi instropeksi diri. Selalu ada yang namanya etika dalam menyampaikan sesuatu, dimana apabila penumpang tidak merasa nyaman dengan perlakuan cabin crew pun, ada tata caranya. Begitupun dengan tata cara cabin crew terhadap penumpang dalam menegur. Yang pasti diharapkan, hal seperti ini tidak perlu terjadi kembali untuk kedepannya.
Dalam kesempatan tersebut, Manager Station & Service Garuda Indonesia Abdul Rokib, juga prihatin mengenai kasus tersebut, dimana sosialisasi atas penggunaan telepon genggam dalam pesawat sudah sering dilakukan, tapi masih saja banyak diacuhkan oleh para penumpang, padahal hal tersebut demi kebaikan bersama.
“Turut prihatin, karena salah satu hal yang dapat merusak navigasi penerbangan adalah dari frekuensi handphone, dan memang kami berharap semua penumpang paham akan bahaya mengenai handphone yang masih menyala.” Jawab Abdul menanggapi kasus tersebut. (K5/STEVANI/TMC)