Menyongsong pemilihan gubernur yang akan segera bertandang, Masih dalam rangkaian acara yang bertemakan pemilih cerdas. Setelah sebelumnya mengadakan konvoi menegelilingi sebagian wilayah Sungailiat, dan diselingi dengan orasi di kampung nelayan dua, kali ini Babel icon mengadakan diskusi interaktif bertempat di aula fakultas ilmu sosiologi dan hukum Universitas Negeri Bangka Belitung. Kegiatan menghadirkan tiga orang nara sumber, dimana pembicara pertama yaitu Rektor Universitas Negeri Bangka Belitung, Bustami Rahman, selaku pembicara kedua, kretor Babel Icon, Fauzan Azima, dan pembicara terakhir adalah mantan wartawan televisi nasional sekaligus pengurus perkumpulan beli produk indonesia, Aswandi As’an.
Adapun kegiatan ini turut mengundang beberapa lapisan masyarakat seperti, mahasiswa, pelajar tingkat SMA segala jurusan dan beberapa organisasi kemasyarkatan dan kemahasiswaan. Meskipun terlihat dalam pantauan, tidak semua tamu undangan dapat hadir, namun acara yang diselenggarakan selama dua hari ini tetap berlangsung hikmad.
Sementara itu, sasaran materi yang dibawakan oleh ketiga narasumber sendiri yaitu, politik dan budaya oleh Bustami Rahman, golput oleh Fauzan Azima, dan Aswandi As’an yang menyinggung topik utama, yaitu bagaiman membangun pemilih cerdas.
Khusus materi yang disampaikan oleh Fauzan Azima, dimana beliau menyikapi penyebab tingginya angka golput beberapa pemilu di Bangka Belitung selama ini. Adapun penyebab tingginya golput:
Pertama : Kegagalan KPU dalam menyelenggarakan agenda pemilu/kada
Kedua : Belum hadirnya kelompok, parpol, figur alternatif yang membawa agenda agenda kerakyatan secara signifikan
Kedua : Belum hadirnya kelompok, parpol, figur alternatif yang membawa agenda agenda kerakyatan secara signifikan
Berdasarkan dokumen bangkapos dan KPU BABEL dalam bangkapos, 2012. Dimana pada pilgub 2006, angka golput sebesar 28,28%, pilpres 2009 sebesar 30,8%, sementara itu pemilu pada tingkatan beberapa kabupaten, seperti kabupaten bateng, dan basel masing-masing sebesar 26% dan 32.5%. itu baru sebatas ketidak berpartisipan, bagaimana bila diakumulasi dengan angka suara yang tidak sah.
Bila mengacu pada dokumen ini, maka penyebab terjadinya angka golput yang di utarakan oleh beliau bisa jadi dapat dibenarkan.
Lain halnya pula yang disampaikan oleh Ibrahim Bintang-dosen, sekaligus pengamat politik- dalam bangka pos, 2012. Disana beliau berpendapat angka pemilukada kali ini akan mengecil. Berikut enam alasan beliau:
Pertama : Kekuatan calon meneyentuh ke akar rumput
Kedua : Pemilih memiliki kepentingan secara langsung
Ketiga :Pergerakan masif para tokoh dalam masyarakat dalam menyatakan dukungan
Keempat : Pertimahan yang membuat dukungan semakin mengerucut
Kelima : Politik uang dan barang
Keenam : Habis-habisan bagi setiap pasang calon
Kedua : Pemilih memiliki kepentingan secara langsung
Ketiga :Pergerakan masif para tokoh dalam masyarakat dalam menyatakan dukungan
Keempat : Pertimahan yang membuat dukungan semakin mengerucut
Kelima : Politik uang dan barang
Keenam : Habis-habisan bagi setiap pasang calon
Terlepas dari itu semua, dan kembali pada materi pembicaraan, dimana kita dituntut untuk cerdas dalam memilih. Bagi agama islam sendiri, sosok pemimipin yang akan dipilih telah diarahkan, sebagiamana penggalan surat At Taubah berikut:
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang2 yang zalim” (At Taubah:23)
Kemampuan calon pemimpin ikut menjadi tolak ukur dalam menentukan pilihan. Mengutip sebuah hadist berikut:
“Ketika perkara diserahkan pada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat (kerusakannya)” (HR. Al-Bukhari : 59)
Tetapi kecerdasan dalam memilih pemimpin belum terasa lengkap bila tidak diikuti kecerdasan mengawal ( penetapan pemilih, calon gubernur, pelaksanaan, hingga selesainya pelaksanaan pemilu) oleh seluruh komponen masyarakat. Ingat, lima tahun kita ada ditangan masing-masing jiwa, maka dari itu, cerdaslah.