BELI INDONESIA DI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Pangkal Pinang, 12/01/2012. Sebagaimana halnya provinsi Bangka Belitung, Universitas Bangka Belitung (UBB) terhitung sebagai univeristas yang baru. Bangunan di komplek itu adalah gedung-gedung yang juga relatif masih baru. Kendati demikian di kampus ini sudah ada 3.000 lebih mahasiswa yang belajar di 4 fakultas di universitas itu. Kamis siang, di aula fakultas Ilmu Sosial dan Politik sejumlah pengurus lembaga kemahasiswaan berkumpul untuk mendengarkan penjelasan tentang Gerakan Beli Indonesia. Hadir juga beberapa perwakilan dari beberapa SMU di Sungailiat dan Pangkal Pinang.
"Membicarakan Indonesia hari ini, banyak anak-anak muda kita merasa tidak gue banget," Aswandi As'an membuka presentasinya. Padahal kata Aswandi, kita lahir, hidup dan mungkin juga akan mati di negeri ini. Inilah salah satu sebab mengapa bangsa ini menjadi bangsa yang lemah dan tidak mampu berdiri tegak bersama bangsa lain di dunia. "Kita sebagai bangsa telah kehilangan karakter unggulnya. Dan karakater itu dapat dijejak dengan menjawab pertanyaan siapa jati diri kita," jelas aswandi. Orang yang tidak memahami siapa jati dirnya cenderung tidak tahu apa yang akan dilakukan. Maka membicarakan Indonesia sejatinya adalah membicarakan diri sendiri, membela Indonesia sejatinya adalah membela diri sendiri juga.
Ada pertanyaan, apa benar Indonesia hari ini kembali terjajah? Karena banyak statement atau kalimat yang didengar oleh kaum muda tentang penjajahan yang kembali terjadi di negara ini. "Sejarah selalu berulang dalam bentuk dan format yang berbeda. Jika dulu kita dijajah tanah airnya, maka hari ini kita dijajah kehidupannya. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kekayaan yang melimpah hanya menjadi tempat bangsa asing membangun kekayaannya," jelas Aswandi. Kekayaan alam berupa hasil hutan, bahan-bahan tambang setiap hari keluar ke negara lain untuk memasok kebutuhan industri mereka tanpa memberi income yang signifikan untuk Indonesia sendiri. Penduduknya yang besar hanya menjadi pasar untuk produk asing yang bahan bakunya berasal dari Indonesia juga.
Praktis sesungguhnya pasar kita sudah dikuasai oleh produk asing dengan membanjirnya produk-produk asing di Indonesia. Namun sama seperti penjajahan di masa lampau, banyak anak negeri kita yang tidak tahu jika kita sedang dijajah dan menganggap keadaan baik-baik saja. Padahal setiap hari VOC mengangkut hasil bumi Indonesia ke Eropa yang membuat VOC menjadi perusahaan terkaya di dunia ketika itu. Hari ini situasinya sama, bahkan lebih dahsyat karena ada ribuan VOC yang menggerus hasil bumi, hutan, tambang bahkan kehidupan sehari-hari bangsa ini sudah dikuasai melalui produk-produk yang setiap hari kita pakai. "Bayangkan satu produsen asing di Indonesia memiliki angka penjualan lebih Rp. 200 triliyun setiap tahun," kata Aswandi. Sementara, lanjut aswandi produk anak bangsa sendiri banyak yang mati dan tak bisa hidup di negeri sendiri. Karena apa? karena tidak kita bela. "Ada seribu lebih alasan bisa kita cari untuk tidak menggunakan produk sendiri, Namun cukup dengan satu alasan bagi kita untuk memakai produk bangsa kita sendiri," tegas Aswandi.
Sebuah produk memiliki rentang efek domino yang panjang dalam kehidupan ekonomi negara dan masyarakat. Sebuah produk yang bertumbuh maka akan banyak orang yang ikut menikmati di dalamnya, sama ketika produk itu mati maka akan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Akibatnya TKI dan TKW menjadi sesuatu tak terbendung karena mereka sulit mencari penghidupan di negeri sendiri. "Produk asing artinya ekonomi asing, poduk Indonesia adalah ekonomi Indonesia," jelas Aswandi. Maka untuk membela dan berbuat sesuatu untuk negeri ini tidak perlu dengan cara rumit dan berbiaya mahal, tetapi cukup dengan membeli dan memakai produk yang dibuat oleh anak bangsa sendiri. Dengan demikian kita tidak hanya membela saudara dan bangsa sendiri tetapi juga ikut membangun kejayaan ekonomi Indonesia.(AA)
Sumber: www.beliindonesia.com