Sang Pengulun?!

Habib Atturkey
Penikmat Tradisi Lisan






Setiap tanggal 22 Juli, diperingati hari kaum muda sedunia. Apa kabar kawula muda sekarang? Dimanakah mereka bercengkrama saat ini? Apakah sedang mengembangkan idealisme, kere –aktivitas (baca: walau tak berdana namun tetap aktif alias kreativitas) , bakat dan minatnya lewat komunitas “khas” parlemen rakyat yakni Bujang Begagil dan KPK-nya Kemenag?

Atau  sibuk menghabiskan jatah umur dan warisan /harta dari orangtua  seraya pamer ini mobil  bapak-ku dipinjamkan untukku lho..? Lalu, masih menghunjamkah isi Sumpah Pemuda dan Amukti Palapanya Gajahmada serta kearifan lokal memengaruhi kebersamaan di hati mereka? Atau jangan-jangan tercerabut sudah, kalimat Iman dan Amal dalam dada berganti cengkraman kata kata lebay dan alay seraya ngabuburit menunggu berbuka dan sahur di jalanan kosong makna karena dicekoki impian instan menjadi komoditas “liar” tanpa tabayyun (saringan), eksekusi dan pendampingan?

Kalau mau  kedalam lagi, bagaimana dengan Ormas pemuda hari ini? Masihkah se-idealis dulu ketika masih menjadi mahasiswa layaknya Wiji Tukul dengan puisi yang menakutkan “aparat dan orde barunya” walau hanya satu kata : lawan!; Atau harga diri generasi penerus bangsa ini sudah bisa dibeli karena tawaran politik transaksional “politisi, pengusaha dan penguasa” untuk menyengajakan  pembiaran rusaknya lingkungan atau berkotor ria dalam abu-abunya  bargaining positioning  sistem birokrasi kita  apalagi menjelang penerimaan CPNS? Atau bisa jadi kalau ada dana – bergerak, tak ada dana ya wassalam seperti susahnya menjadi dan mencari pengulun ketika berkegiatan sosial? Senasib sepenanggungan dengan nasib gedung sekretariatnya yakni hidup segan mati tak mau, penuh dengan rumput liar mengundang decak kagum hayawanan untuk datang dan tinggal; Atau mereka mungkin sudah bermetamorfosis ke  obrolan warung kopi, dan kafe tenda yang lebih akrab, merakyat, terkoneksi dengan wi fi (internet) untuk menggeksekusi kegiatan berbasis komunitas? dan akhirnya  muncul – lah kesimpulan dari semua itu, bagaimanakah  sistem perekrutan dan pengkaderan kita?

Mungkinkah faktor duit itu kuasa, untuk sistem perekrutan kader yang mematikan kemunculan pengulun (Orang yang menginisiasi, mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap  suksesnya suatu kegiatan atau organisasi)? Seperti halnya duit itu kuasa untuk sistem perekrutan parpol yang mematikan kemunculan negarawan? Kemewahan atau kemiskinan barangkali tidak dengan sendirinya mematikan semangat dan upaya dekat dengan mereka (baca: Pemuda,remaja), namun dalam sejumlah kasus, terlihat Pemuda, remaja  dan Ormas maupun komunitasnya semakin dirasakan jauh dari pendampingnya yakni  orang tua atau yang dituakan dalam masyarakat (Tokoh), Swasta dan Pemerintah. Padahal usia pemilih muda yang mengambang,  semangat kerja keras, juara beberapa olimpiade sains, Robot dan fisika, terakhir  runner up pertandingan bola usia dini sedunia, dan segudang prestasi lainnya tetap tak bisa dimungkiri lahir dari generasi ini. Agak lain halnya dengan para bapak wakil kita yang berbaju safari yang kinerjanya naik hanya selagi reses…!

Jangan ditahan saat Ramadhan

Maka, usulan kongkrit supaya penerus bangsa ini difasilitasi dengan  diberi ruang dan tempat untuk mengasah ide dan mengeksplorasi gagasan di ruang pubik lewat penataan taman bermain, dan berkreasi seperti Taman Sari Sungailiat (yang baru dibangun), atau mengawinkannya dengan Olahraga (Taman sari Pangkalpinang). Gedung sarana kesenian dibuka seluasnya untuk semaraknya kegiatan mengangkat budaya yang terendam atau mengolaborasi dengan seni dari luar, bisa juga dengan mempercantik tampilan gedung dan air mancurnya.

Penyamananan tempat Pendidikan dan Ibadahpun jangan dilupakan lewat penataan taman baca dan tempat ngaso, disaat olahraga pagi dan jalan-jalan sore sebagai oase rohani setelah beraktivitas, Lebih beradab dan bernilai ekonomi lagi jika ada sentuhan bisnis di seputaran tempat ibadah tersebut dibandingkan harus membuat menara berbiaya mahal namun Rumah-Nya kurang nyaman dan kehilangan ruh spiritulitasnya untuk umat duduk berlama - lama. Maka, Romadhon jangan ditahan –tahan untuk merencanakan dan mewujudkan  kebajikan itu seperti halnya tidak menahan harta dalam berzakat dan bersedekah. Apalagi dengan dihidupkannya  tradisi nganggung syawalan untuk berhalal bihalal setelah  beriktikaf di sepuluh akhir Ramadhan dan berpuasa sebulan penuh.

Semoga tidak ada lagi permusuhan ba’da Romadhon ini seperti tak ada laginya  pengusiran dan pelarangan untuk Iktikaf baik dibulan Ramadhan maupun setelahnya. (Qur’an melarang adanya pengusiran  orang yang iktikaf,  karena mereka tamu Allah, ataukah karena masjid/musholanya takut terkotori atau takut jamaahnya pindah “keyakinan”..?) mudah-mudahan tidak seperti itu.  Semoga semangat Sang Pengulun terus muncrat kesemesta alam seperti semangatnya tadarusan sosial dan maknawi (tadarusan dengan dibacakan arti lafziahnya dengan bahasa lokal) supaya lebih  tahu dan mengena maksud dan tujuan diturunkannya Alquran, yakni sebagai Petunjuk untuk manusia, bantulah dengan do’a..
Share this post :
Comments
0 Comments

Post a Comment

 

Copyright © 2011-2017. BANGKA BELITUNG KREATIF